Page

Selasa, 25 Januari 2011

United We Stand Devided We Fall

Umat Islam sibuk bertikai antar saudaranya sendiri. Tiap jamaah saling mengklaim dirinya yang paling Ahlus Sunnah atau Firqotun Najiyah. Aneh, mana ada yang mau dibilang gak Ahlus Sunnah. Aliran paling sesat pun gak mau ngaku kalo dirinya aliran sesat, apalagi yang benar-benar bukan aliran sesat.

Orang-orang sibuk mempermasalahkan hal-hal yang bersifat furu'iyyah (cabang) yang seharusnya sikap kita lebih mentolerir. Banyak yang menghabiskan waktu hanya untuk berdebat soal qunut atau tidak saat shalat subuh, atau wajib bersedekap ataukah tidak sedekap ketika shalat, batal atau tidak wudhu kita jika memakan daging unta, mengucapkan bismillah dengan lirih atau keras ketika mengimami shalat, dan lain sebagainya. Kadang hanya karena masalah seperti itu sudah saling tuduh ahli bid'ah , lalu menerapkan wala' wal bara'. Kan aneh? Ulama- ulama
mahzab kita terdahulu selalu berselisih pendapat namun tidak pernah mereka bertikai sampai itu. Sepertinya memang benar jika kita hanya bisa mewarisi perbedaan pendapat mereka (ulama- ulama fiqih) namun sampai saat ini kita belum mampu mewarisi rasa persaudaraan mereka antar sesama muslim yang berbeda tersebut.

Saya merekomendasikan buku karangan DR. Yusuf Al-Qardhawy, berjudul Fiqhul Ikhtilaf . Yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Fikih Perbedaan Pendapat Antar Sesama Muslim. Disitu anda akan menemukan betapa kita telah lupa bahwa ada agenda penting yang harus kita lakukan bersama-sama seluruh umat Islam, yang lebih penting daripada hanya sibuk memikirkan masalah-masalah Ijtihadiyah yang benar atau salah sama-sama dapat pahala.

Berdakwah terhadap sesama muslim akan lebih baik jika diprioritaskan pada masalah-masalah pokok. Misalnya, daripada kita sebel sama temen yang sudah rutin ke masjid tapi celananya sampai melebihi mata kaki, mending kita fokus bagaimana mendakwahi temen-temen kita yang gak pernah sama sekali ke mesjid kecuali jum'atan. Apalagi yang sama sekali ga pernah sholat. Atau daripada kita berdebat dengan teman yang tiap hari ke masjid soal apakah ketika tasyahud harus menggerakkan telunjuk ataukah tidak, mending mikir betapa banyak masyarakat kita yang Islam tapi tidak pernah berzakat.
Imam As-syahid Hasan Al-Banna mempopulerkan suatu kaidah yang dia pegang teguh mengenai masalah perselisihan ini. "Bersatu dalam hal-hal yang disepakati, mentorelir dalam hal-hal yang diperselisihkan". Kaidah ini begitu indah. Jika kita bersama-sama setiap jamaah-jamaah Islam saling menerapkan kaidah ini, InsyaAllah umat Islam akan solid bersatu, kuat, dan lebih mudah untuk mengalahkan musuh-musuh kita.

words: Aditya Abdurrahman ( SA'I Zine #1)



Download (majalah) SA’I ZINE di link SA’I Muslim atau di http://www.saimuslim.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar